Melimpahnya Para Penjahat dan Tersingkirnya Orang-Orang Terpilih

Banyaknya orang jahat dan tersingkirnya orang baik

“Ketahuilah, di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah orang-orang jahat dan kejam diangkat menjadi pemimpin, sedangkan orang- orang pilihan dihinakan.  Ketahuilah, di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah banyaknya perkataan (buruk) dan sedikitnya amal. Ketahuilah, di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah dibacakannya al-matsnah dan tidak ada seorang pun yang dapat melarangnya.” Maka ditanyakan kepada beliau, “Apa al-matsnah itu?” Dijawab beliau, “Kitab-kitab yang ditulis selain Al-Qur’an.” (HR. Ad-Darimi)

Hadits di atas merangkum 4 pertanda hari Kiamat sekaligus yang semuanya itu menunjukkan buruknya kondisi umat Islam ketika tanda-tanda tersebut terjadi. Namun dalam kesempatan ini hanya pertanda yang pertama dari keempat tanda-tanda tersebut yang akan dibahas, yaitu penguasa yang jahat serta dihinakannya orang-orang pilihan. Pertanda yang satu ini meskipun mengandung 2 tanda sekaligus, tetapi keduanya saling bertautan antara satu dengan yang lain dengan persepsi: jika salah satu pertanda tersebut terjadi, maka tanda yang kedua juga ikut terjadi. Logikanya, apabila orang-orang yang zhalim berkuasa, maka dapat dipastikan orang-orang yang baik akan dizhalimi dengan disingkirkannya mereka dari keikutsertaan dalam menentukan kebijakan bagi kebaikan umat. Bahkan orang-orang zhalim itu telah sampai pada tahap menuduh orang-orang pilihan sebagai provokator yang mempengaruhi orang-orang.

Pertanda ini juga searah dengan pertanda lainnya, yaitu dipercayainya orang-orang yang berkhianat dan didustakannya orang-orang yang jujur, yang menunjukkan bahwa kondisi manusia benar-benar telah rusak. Selain itu peran media yang saat ini sudah begitu menentukan opini publik dan pihak yang menguasainya dapat dengan mudah memutarbalikkan fakta. Setidaknya fenomena tanda hari Kiamat ini tercermin dalam 3 perkara berikut di bawah.

Pertama, perbedaan standar dalam menyikapi sebuah permasalahan. Melalui poin ini saja sudah dapat dibayangkan bahwa manusia pada saat itu telah berada dalam kondisi kerusakan yang amat parah. Selain itu carut marutnya kepentingan yang ada pada mereka turut andil dalam memberikan batasan dalam mengadakan penilaian atas kejujuran dan amanah di satu sisi, dengan kedustaan dan pengkhianat di sisi lain yang jelas-jelas sikap ini jauh dari manhaj yang telah ditetapkan oleh Allah.

Kedua, perbedaan cara pandang manusia terhadap segala sesuatu terkhusus ketidakjelasan berbagai masalah yang mengelilingi mereka, sampai pada batas mereka telah mengangkat orang-orang yang bengis lagi kejam sebagai pemimpin dengan keyakinan mereka inilah tokoh-tokoh pilihan ataupun di tangan merekalah berbagai kebaikan dapat terwujud. Gambaran yang demikian, berubahnya sikap kepatutan ini adalah sesuatu yang bertalian dengan kepentingan manusianya. Turut pula mengokohkan posisi para penguasa yang jahat lagi bengis tersebut adalah penguasaan media massa yangtanpa etika serta vulgar.

Ketiga, kontrol para penguasa jahat lagi zhalim tersebut dilakukan dengan tangan besi sehingga masyarakat sedikitpun tidak mampu untuk mengubahnya. Dengan kontrol seperti ini tentunya orang-orang pilihan dengan sendirinya akan dilecehkan dan dienyahkan dari lingkaran pengambilan kebijakan. Bisa juga kekuasaan mereka ini juga didukung oleh kekuatan adidaya yang berasal dari luar wilayah kekuasaan.

Ketiga perkara ini kemungkinannya sangat besar terjadi, bahkan kenyataan inilah yang sekarang ini melanda umat Islam. Hadits di atas menyebutkan bahwa orang-orang yang zhalim akan menduduki kekuasaan, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Artinya, kekuasaan atau pengaruh mereka ini akan merata ke segala sendi kehidupan. Tersebarnya pengaruh mereka ini tidak lain menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat telah menyimpang dari petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Akibatnya orang-orang zhalim itu akan terus mendominasi seluruh sendi kehidupan. “Dan tanah yang tandus tidak menumbuhkan tanaman kecuali tanaman yang merana.”

Sumber: Ensiklopedi Akhir Zaman karya Syaikh Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *