Kategori: Kisah

Pemuda Al-Wafi (Penepat Janji)

Pemuda yang terikat tangannya itu segera bercerita, “Ketika saya tidur istirahat dalam suatu safar, saat saya bangun mendapati onta saya telah raib entah kemana kemudian saya mencarinya. Saya mendapatinya sedang makan tanaman di sebuah kebun. Saya langsung menghalaunya. Onta itu malah menderum. Tak lama kemudian datanglah seorang syaikh dan langsung melempar onta saya dengan batu. Karena kerasnya lemparan batu itu dan tepat mengenai kepalanya, onta saya mati. Saya marah melihat hal itu. Saya ambil batu, dan saya lempar balik ke kepala syaikh itu hingga tersungkur tak bernyawa. Sungguh saat itu saya tidak bermaksud membunuhnya.”

Reformasi Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz

Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem administrasi akan menciptakan penghematan. Suatu saat gubernur Madinah mengirim surat kepada Umar Bin Abdul Aziz meminta tambahan blangko surat untuk beberapa keperluan adminstrasi kependudukan. Tapi beliau membalik surat itu dan menulis jawabannya, “Kaum muslimin tidak perlu mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan, seperti blangko surat yang sekarang kamu minta.”

Syaikh Yusuf al-Maqassari

Tak kuasa membendung manfaat yang muncul dari seorang Syaikh Yusuf, akhirnya Belanda kembali membuang ulama pejuang ini lebih jauh lagi. Afrika Selatan menjadi tujuannya kini. Tapi di benua hitam ini, namanya hingga kini bisa kita lacak. Sebuah tanda dan bukti telah ada bahwa Syaikh Yusuf tak pernah lelah menebar manfaat. Maka tak berlebihan jika ia mendapat gelar di benua tersebut, Tuanta Salamaka, Guru Kami yang Agung.

Abu Sufyan bin Harits

Abu Sufyan memendam rasa penyesalan yang dalam di hatinya, berhubung dengan masa hitam jahiliah yang menutupnya dari cahaya Allah, dan melempar jauh-jauh kitabullah. Maka, dia sekarang bagaikan tengkurap di atas mushaf Alquran siang malam, membaca ayat-ayat, mempelajari hukum-hukum, dan merenungkan pengajaran-pengajaran yang terkandung di dalamnya. Dia berpaling dari dunia dan segala godaannya, menghadap kepada Allah semata-mata dengan seluruh jiwa dan raganya.

Pembantu yang Doanya Selalu Dikabulkan

Akhirnya diputuskan untuk menentukan hari lain. Mengulang sholat Istisqa’ berharap untuk kali ke dua ini, Allah mengabulkan doa mereka. Sholat kedua ditentukan. Suasana sholat ketika itu tidak jauh berbeda dengan sholat sebelumnya. Dan kali ini pun belum ada tanda-tanda dikabulkannya doa. Langit masih sangat cerah dengan terik matahari tengah hari. Tanda tanya di hati para ulamanya semakin besar.

Tsabit bin Ibrahim

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Tegaknya Langit dan Bumi

Mengetahui hal itu, Abdullah bin Rawahah berang. Kepada orang-orang Yahudi itu ia berkata, “Wahai musuh-musuh Allah, kalian hendak menyodorkan makanan yang haram kepadaku? Padahal demi Allah, aku datang dari sisi orang yang paling aku cintai (Rasulullah) dan kalian adalah orang-orang yang paling aku benci, lebih besar dari kebencianku terhadap kera dan babi. Tapi kebencianku kepada kalian dan kecintaanku kepada Rasulullah tidak mempengaruhiku untuk tidak berbuat adil terhadap kalian.”

Abdurrahman bin Auf

Begitulah doa Rasulullah saw. bagi Abdurrahman. Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya sepanjang hidupnya, sehingga Abdurrahman menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Perniagaannya selalu meningkat dan berkembang. Kafilah dagangnya terus-menerus hilir mudik dari dan ke Madinah mengangkut gandum, tepung, minyak, pakaian, barang-barang pecah-belah, wangi-wangian dan segala kebutuhan penduduk.

Abdullah bin Salam, Sahabat Nabi Calon Penghuni Surga

Setelah hari pagi, kudatangi Rasulullah dan kuceritakan kepada beliau perihal mimpiku. Beliau bersabda, ‘Jalan yang engkau lihat di sebelah kiri adalah jalan ke neraka. Jalan yang engkau lalui di sebelah kanan adalah jalan penduduk surga. Taman yang indah itu adalah Islam. Adapun tiang yang terpancang di tengah taman itu adalah tiang agama. Adapun aula itu adalah pegangan yang kokoh dan kuat. Engkau senantiasa berpegangan dengannya sampai mati.’