Sesungguhnya agama Islam ini muncul untuk pertama kalinya dalam keadaan asing dan akan kembali terlihat asing sebagaimana awal kemunculannya. Islam hanya akan terpusat di dua masjid sebagaimana ular yang bersarang di lubang sarangnya (HR. Muslim, Al-Iiman, hadits no. 146).
Sesungguhnya agama Islam ini akan terpusat di Hijaz (Makkah, Madinah) seperti ular yang bersarang di lubangnya. Di Hijaz agama ini akan terjaga kemurniannya seperti kambing urwiyyah yang terus menaiki gunung. Sesungguhnya agama ini muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali kelihatan asing seperti pertama kali muncul. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang terlihat asing. Mereka itulah orang yang datang setelahku dan selalu memperbarui sunnahku yang telah dirusak oleh manusia (HR. At-Tirmidzi, Al-Iiman, hadits no. 2765).
Keadaan agama Islam yang semakin terasing adalah fakta yang tidak seorang pun pemeluk agama ini menentangnya. Keadaan ini merupakan konsekuensi dari hilangnya berbagai ajaran agama yang benar dari sebagian besar umat Islam karena telah meniru perilaku Yahudi dan kaum musyrik dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga pada kondisi seperti itu meskipun sebagian penampilan yang bersifat agama masih tersisa dalam diri mereka, tetapi substansinya yang benar hanya ada pada sebagian kecil di antara mereka. Dengan demikian di mata banyak orang, sebagian kecil orang ini justru terlihat asing di antara mereka di tengah-tengah pemahaman, penampilan, serta tradisi atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan mereka. Padahal justru yang segelintir orang itulah yang konsekuen terhadap sunnah Nabi di tengah-tengah masyarakat yang telah tersebar luas di dalamnya bid’ah dan hawa nafsu.
Bagaimana mungkin seorang muslim yang benar tidak menjadi asing ketika mayoritas umat Islam sudah mengekor kepada kaum kafir dari perkara yang terkecil hingga yang paling besar? Bagaimana mungkin sebuah kelompok dengan pengikut yang sedikit tidak terlihat asing ketika mereka berada di tengah-tengah 72 kelompok lain yang mana masing-masing mempunyai banyak pengikut, memegang kepemimpinan, akses kepada kekuasaan, serta para pengikut yang sangat loyal?
Di tengah-tengah kondisi yang telah berubah dan berlainan sama sekali dari ajaran yang benar, jika datang kepada manusia seseorang yang mengadakan perbaikan terhadap apa-apa yang telah dirusak oleh masyarakat, tentunya mereka menentangnya habis-habisan. Di samping itu mereka juga memberikan citra yang buruk (pembunuhan karakter) kepada orang yang telah melakukan gerakan pembaruan ini, sebagaimana yang pernah dialami generasi awal umat Islam (para sahabat). Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, masyarakat yang telah mengekor kepada tradisi serta adat istiadat yang liberal dan sekuler itu mengeluarkan para pembaharu ini dari barisan umat Islam dan menjuluki mereka sebagai para penyembah bintang, atau golongan terbelakang, atau pun para ekstremis.
Pada masa yang semakin terasing tersebut tidaklah simbol-simbol dan ritual ibadah Islam sirna sama sekali. Banyak pada masa itu orang-orang memakai simbol dan melaksanakan ritual ibadah Islam, bahkan banyak di antara mereka para ahli qiraat. Namun pada masa itu mereka sebagian besar hanyalah mencari keduniaan dengan amalan akhirat. Semakin sedikit para ahli fikih, dan semakin banyak penguasa yang tidak mempunyai sifat amanah.
Dalam kondisi yang seperti itu ajaran yang benar menjadi semakin terasing di tengah-tengah umat dan mereka yang meneriakkan tuntutan pembaruan dengan cara beragama yang hanif dan toleran seperti generasi awal umat Islam mendapatkan tantangan dari masyarakat sekitarnya. “Dan tidaklah sebagian besar manusia menjadi beriman meskipun engkau sangat menginginkan,” QS. Yuusuf 12:102).
Sumber: Ensiklopedi Akhir Zaman karya Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh